JAKARTA, mediakita.co- Bangsa yang besar adalah bangsa yang juga melahirkan para penulis besar. Untuk itu, Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena menggelar Satupena Awards 2022 untuk mengapresiasi dedikasi penulis-penulis Tanah Air.
Ketua Umum Perkumpulan Penulis Satupena, Denny JA, mengatakan Satupena Awards adalah bagian dari upaya untuk terus menciptakan ekosistem yang sehat bagi dunia penulis dan kepenulisan. “Salah satunya dengan memberikan penghargaan secara rutin kepada penulis yang dinilai berdedikasi,” ujar Denny ketika membuka Satupena Awards 2022, di Cemara 6 Galeri/Toeti Heraty Museum di Menteng, Jakarta Pusat pada Kamis (12 Januari 2022).
Denny JA menilai, penghargaan untuk penulis perlu diberikan, khususnya di tengah era di mana pembajakan buku dan hak cipta semakin marak terjadi. Situasi kekinian yang berbeda juga memerlukan adaptasi diri dari para penulis. “Satupena juga membuka jalan bagi para penulis untuk terkoneksi ke dunia industri,” tambahnya.
Untuk Satupena Awards 2022, telah dipilih dua penulis berdedikasi untuk kategori fiksi dan non-fiksi. Keduanya dipilih berdasarkan penilaian yang dilakukan Dewan Juri, yang dipimpin oleh Anwar Putra Bayu, serta beranggotakan lima juri lainnya (Dhenok Kristianti, Hamri Manoppo, Muhammad Thobroni, I Wayan Suyadnya, serta alm. FX Poernomo).
Penganugerahan Satupena Awards 2022 kategori nonfiksi diberikan kepada Musdah Mulia. Perempuan ini merupakan akademisi, aktivis dan penulis buku yang mencerahkan, khususnya untuk tema keadilan dan kesetaraan gender dalam Islam. Karya-karyanya sangat vokal menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan, prinsip keagamaan moderat dan progresif serta cinta perdamaian.
Dalam orasi literasinya, Musdah menyampaikan ucapan terima kasih atas penghargaan yang ia terima. Penulis buku “Perempuan dan Politik” ini mengaku tidak menduga tulisan-tulisan dari hasil renungan dan kegelisahannya dapat menjadi karya yang bermanfaat dan menginspirasi banyak orang. “Saya bahagia menjadi penulis karena bisa menginspirasi banyak orang. Selain dapat menginspirasi orang lain, menulis juga bisa menjadi media penguatan diri,” ucap Profesor yang sudah mempublikasikan lebih dari 30 buku.
“Intinya, tulisan adalah jalan menuju kebahagiaan. Menulislah untuk bahagia,” tegasnya. Dalam ajang ini, Musdah Mulia datang bersama suaminya, Prof. Ahmad Thib Raya.
Sementara itu, penganugerahan Satupena Awards 2022 untuk kategori fiksi diberikan kepada Eka Budianta, yang telah melahirkan lebih dari 40 buku, mulai dari kumpulan/antologi puisi hingga cerpen. Eka dikenal sebagai wartawan senior dan penulis yang banyak mendedikasikan diri pada dunia sastra. Ia juga mendorong munculnya para penulis dan penyair muda melalui Yayasan Pustaka Sastra, yang didirikannya bersama F. Rahardi.
“Menulis membawa banyak jendela bagi diri saya. Dengan jendela-jendela itu saya menemukan berbagai pemandangan, kesibukan, hadiah, penghargaan, bahkan teman-teman yang terpenting dalam hidup saya,” ucap Eka dalam orasi literasinya. Eka tampak sumringah dan rendah hati. Ia datang bersama sang istri, Prof. Melani Budianta.
Dalam Satupena Awards 2022 itu, Musdah Mulia dan Eka Budianta mendapat piagam penghargaan beserta uang tunai sebesar Rp 35 juta, yang diserahkan secara simbolis oleh Ketua Umum Denny JA dan beberapa anggota Dewan Penasihat Satupena.
Satupena Awards sendiri digelar secara hibrid, daring dan luring. Sekitar 80 tamu undangan hadir secara luring, serta lebih dari 300 orang dari 34 provinsi di Indonesia, Aceh hingga Papua, hadir secara daring melalui Zoom dan livestreaming.
Satupena Awards 2022 yang berlangsung siang hingga sore ini juga dimeriahkan oleh penampilan musik akustik dan pembacaan puisi untuk mengenang alm. FX Purnomo, Koordinator Satupena Regional Maluku-Papua yang wafat Desember 2022 lalu. Selain itu juga diluncurkan buku kumpulan esai para penulis Satupena berjudul Kenang, Kenanglah Kami yang Terbaring di Kanjuruhan (editor Satrio Arismunandar, Sekjen Satupena), serta buku Azyumardi Azra: Sang Intelektual Organik yang Rendah Hati (editor Swary Utami Dewi, Wakil Sekjen Satupena).
Ajang ini juga dilengkapi dengan pemberian Anugerah Mahakarya Kebudayaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) kepada Denny JA, atas dedikasinya sebagai Pemrakarsa/Penggagas Puisi Esai.