SALATIGA, Mediakita.co,- Pentas Produksi ke-42 Teater Getar UIN Salatiga berlangsung Jumat malam (19/09/2022), bertempat di Aula Kampus I. Pentas kali ini mengangkat lakon dari Novel karya Pramoedya Ananta Toer, berjudul “Mangir”.
Menurut Sutradara Andri Setiawan, lakon Mangir masih sangat relevan di masa kini. “Alasan persoalan dalam cerita mangir masih sangat relevan hingga saat ini terutama perihal isu gender dan kekuasaan”, ungkap Andri.
Cerita Mangir bermula dari hasrat Panembahan Senopati, Raja Mataram, untuk meluaskan daerah kekuasaannya hingga daerah Perdikan Mangir. Namun keinginan itu terganjal oleh Ki Ageng Mangir Muda Wanabaya. Upaya menaklukan Mangir terus dilakukan Penembahan Senopati, secara khusus menggunakan putrinya sendiri, Pembayun.
“Akhirnya mengirimkan putrinya sendiri, Pambayun untuk menyamar menjadi penari ledek. Ketika Pambayun dan Wanabaya bertemu, mereka saling jatuh cinta. Hingga setelah 4 bulan menikah, Pambayun menceritakan kepada Wanabaya bahwa ia adalah anak dari musuh suaminya”, jelas Andri.
Dengan niat untuk bersembah bakti kepada Panembahan Senopati, Wanabaya dan Pambayun pun pergi ke keraton Mataram. Namun apa daya, di sana peperangan terjadi. Pambayun menyaksikan sendiri suaminya dibunuh oleh Ayah kandungnya sendiri. Ki Ageng Mangir Muda Wanabaya harus mati di bawah tahta Mataram.
“Butuh waktu kurang lebih 3,5 bulan untuk mementaskan lakon tersebut”, tandas Andri.