Jakarta, mediakita.co – Puan Maharani sampaikan ucapan terimakasih pada Mulyadi usai menerima surat pengembalian rekomendasi dari Mulyadi yang menyatakan bahwa dirinya menyatakan mundur dari bursa kandidat calon Gubernur Sumatera Barat di Pilkada Serentak 2020 yang diusung oleh PDI Perjuangan.
“Terimakasih Mulyadi telah mengembalikan rekom ke PDI Perjuangan,” kata Hasto puan saat menerima rekomendasi yang dikembalikan.
Mulyadi yang diharapkan maju menjadi kandidat Gubernur Sumatera Barat ternyata tidak bersedia.
Sikap Mulyadi tersebut sangat dipahami, karena politik kekuasaan bagi yang tidak kokoh dalam prinsip, hanya menjadi ajang popularitas.
“Bagi PDI Perjuangan menjadi pemimpin itu harus kokoh dan sekuat batu karang ketika menghadapi terjangan ombak, terlebih ketika sudah menyangkut Pancasila” imbuhnya.
Dialektika Ideologis
Sementara itu Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kistiyanto berharap, proses politik di Sumbar sebagai dialektika ideologis, seperti dicontohkan oleh tokoh-tokoh pergerakan yang berasal dari Sumbar. “Partai sangat respek terhadap kepeloporan Sumbar,” dalam rilisnya yang diterima oleh redaksi Mediakita, Minggu (06/09/2020).
Rasa hormat PDI Perjuangan pada Sumbar tidak bisa dilepaskan semisal dari bahasa Melayu, sejarah mencatat bagaimana bahasa yang pada tahun 1928 digunakan oleh sebagian kecil masyarakat nusantara, namun diterima sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, dan diterima oleh semua suku bangsa menjadi bahasa persatuan Indonesia.
Hasto Kristiyanto juga menyampaikan beberapa pernyataan terkait hal itu.
“Sejak awal saya sudah menduga bahwa Mulyadi tidak kokoh dalam sikap sebagai pemimpin, sehingga mudah goyah dalam dialektika ideologi. Padahal apa yang disampaikan oleh Mbak Puan merupakan suatu harapan agar Sumatera Barat jauh lebih baik sebagaimana sejarah telah mencatat dalam tinta emas, kepeloporan para pahlawan Sumbar seperti Moh Hatta, KH Agus Salim, Rohana Kudus, HR Rasuna Said, Moh Natsir, Tan Malaka dll. Beliau para tokoh tersebut adalah para pejuang bangsa, sosok pembelajar yang baik, dan menjadi keteladanan seluruh kader Partai,” paparnya.
Objektif dan Proporsional
Kepeloporan Nusantara oleh tokoh-tokoh nasional dari Sumbar menjadi dasar untuk semakin memaknai rasa bernegara dan berbangsa.
“Bahkan makanan Padang diterima secara luas di seluruh Indonesia. Diterima secara terbuka, dan masyarakat Indonesia menjadikannya sebagai makanan nasional. Kalau bahasa dan makanan sudah Go Nusantara, masak mendapat masukan dan harapan agar modal kultural kepeloporan Sumbar untuk lebih Pancasilais, lalu direspons seperti itu. Dan, apa yang disampaikan Mbak Puan merupakan bagian dari dialektika ideologis dan disampaikan dengan baik, dengan lafal Bismillah. Jadi mari kita lihat secara obyektif dan proporsional, dan dijauhkan dari dinamika Pilgub” pungkasnya.