GIANYAR, mediakita.co– Ribuan burung pipit ditemukan berjatuhan di bawah pohon asem pekuburan adat wilayah Banjar Sema, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, Kamis (9/09/2021).
Vidio jatuhnya ribuan burung tersebut viral dimedia sosial. Diduga, burung-burung pipit itu jatuh karena hujan lebat yang cukup lama sehingga sayapnya basah dan jatuh karena tak bisa terbang. Namun, sejumlah warganet mengkaitkan peristiwa langka tersebut sebagai penanda goib.
Hal itu karena peristiwa jatuhnya ribuan burung gereja terjadi di bawah pohon asem dekat pekuburan adat. Sementara, pohon asem diwilayah tersebut cukup banyak.
“Kalau karena hujan saja kayaknya tidak masuk akal, karena sering ada burung hujanan ndak ada yang sampai mati gitu. Apalagi karena ini jumlahnya ribuan, sepertinya pasti ada hal lain penyebabnya,” kata Putu Suta, melalui akun facebook pribadinya dalam kolom komentar unggahan vidio tersebut, di akun Denpasar Now.
Pandangan serupa disampaikan oleh Bagus Deva Satriana. Menurutnya, kalau penyebabnya hujan tidak mungkin. Karena insting binatang itu kuat, mereka akan cepat berlindung ketika tahu akan datangnya hujan .
“Burung adalah penjaga antara Surga dan Bumi…menurut beberapa kitab suci …bisa merupakan suatu pertanda buruk…ikan sudah …burung sudah…semoga tidak terjadi apa-apa,” kata akun Adi Saputra, menambahkan.
Sumber-sumber itu menyatakan ribuan burung yang mati itu telah dikubur. Meski begitu, diatas pohon asem kembar itu, kini telah kembali dihuni banyak burung pipit yang kembali berdatangan.
“Tadi saya lihat ke sana, untuk kubur burung yang sudah mati. Tetapi tadi datang lagi banyak di atas, banyak berdatangan, nggak tahu dari mana datangnya,” katanya.
Meski demikian, Jayanz Suwitra memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, kasus seperti ini pernah juga terjadi di sukabumi sekitar 5 bulanan yang lalu, penyebab utamanya karena burung-burung pipit itu memakan padi petani yang sudah disemprot racun Tiodan.
“Karena sempat baca juga beritanya tentang banyak burung pipit yang mati karena makan racun dari petani,dan semoga saja ini bukan karena diracun petani karena berasnya tidak bagus dikonsumsi oleh manusia,” tambah Jayanz Suwitra.
Senada dengan itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali menyebut fenomena tersebut diduga karena hujan yang mengandung asam.
“Bisa saja seperti itu sehingga burung-burung berjatuhan. Atau sebab-sebab lain yang kita tidak ketahui sebelumnya,” pungkasnya.
Oleh : redaksi/mediakita.co