LAKONE, mediakita.co– Semua hal tentang manusia dan kemanusiaanya, secara tiba-tiba dan tak terduga menjadi Ambayar diterjang corona virus (Covid-19). Didik Kempot dengan “ambyar”-nya telah mewakili zaman. Mewakili keadaan, betapa sesungguhnya dengan senandung lagunya, manusia begitu rapuh
Meskipun sempat jatuh dan kemudian bangun lagi dalam karir, namun kini semua menjadi ambyar setelah Godfather of Brokenheart, Didi Kempot, telah berpulang untuk selamanya.
Didi Kempot boleh pergi, namun sejumlah julukan yang disematkan pada dirinya, dari bapak loro ati nasional hingga Godfather of Brokenheart, akan mejadi saksi zaman. Saksi dimana disebuah zaman, lahir seorang maestro musik jawa. Musik yang sejak lama kesepian tak berdaya menghadapi zaman dimana modernasasi telah merubah segalanya.
Ditangan seorang Didi Kempot, musik campur sari mendapat tempat paling terhormat. Ia mampu merobek keangkuhan zaman now. Zaman dimana semuanya serba baru.
Ditangan dingin Lord Didi, musik campur sari meroket dan menjelajah disemua tempat dan usia. Dari usia zaman old hingga usia zaman now. Semua menyatu, bersatu padu dalam lagu yang merindu bersama sahabat ambyar.
Didi kempot dengan ambyarnya adalah sebuah zaman. Inilah zaman miliknya, milik lagu jawa, milik musik campur sari dan milik bangsa Indonesia.
Dengan zamannya itulah, Didik menunjukan kesejatian zamannya. Di akhir masa hidupnya, ternyata Didik Kempot tengah menggarap sebuah lagu duet bersama Yuni Sara. Bertajuk “Kapusan Janji”, Didik dan Yuni berkisah tentang sakit hatinya.
“Untuk apa harus ada cinta, jika ternyata harus berpisah. Untuk apa harus ada cinta darimu, jika akhirnya muembuat derita. Kepergimu membuat kecewa, sebuah siksa hati yang sakit”.
Begitu kira-kira terjemah lagu “Kapusan Janji” yang digarap Didi Kempot bersama Yuni Sara di akhir masa hayatnya. Lagu ini ditayangkan oleh halaman facebook akun @Didik Kempot-Sobat Ambyar, pada hari ini Kamis, (7/05/2020), pukul 19.47
https://www.facebook.com/didikempotsobatambyar/videos/2282486835378712/