ajibpol
OPINI

Obituari : Profesor Rubijanto Misman, Bapak Semua Orang

” Saya tidak sanggup lagi untuk meneruskan kuliah Prof !”, begitu kata singkat itu terlontar lirih dari mulut ini tertuju pada pria dengan perawakan tegap dan terlihat sangat berwibawa dan sedang duduk di kursi kerjanya di depan saya kala itu. Pria itu adalah Prof. Drs. Rubijanto Misman, Rektor Universitas Jenderal Soedirman ( Unsoed) Purwokerto kala itu, tahun 2004.

Pria itu kemudian hanya menatap tajam saya, dan ruang kerjanya menjadi sangat hening dan membuat tubuh lunglai ini semakin tak karuan. Pria itu sebetulnya saya harap bertanya soal alasan saya ingin keluar dan menghentikan kuliah. Tapi sungguh mengagetkan karena tiba tiba keluar kata kata yang sangat tegas dan terus saya ingat sampai hari ini.

“Mas Roto, rawe rawe rantas, malang malang putung! Maju terus pantang mundur!!!. Anda harus lanjutkan kuliah. Saya yang tanggung jawab sampai anda lulus. Masalah itu pasti ada!. Hanya perlu cara untuk menyelesaikanya!”.

Saya benar benar terkaget. Tiba tiba dada saya yang tadinya sudah kosong melompong menjadi penuh. Saya tak lagi bertanya lagi. Mata saya langsung menitikkan air mata haru. Padahal tadinya kalau saya ditanya alasanya kenapa mau berhenti kuliah, mau saya ungkapkan segudang persoalan itu. Selain karena kuliah saya yang sudah terancam drop out (DO) juga karena persoalan keluarga yang bebannya harus saya tanggung.

Saya keluar dari ruang rektor dengan sangat bersemangat. Tak ada lagi tersisa segala kata kata keluhan yang sudah saya rancang untuk saya sampaikan pada orang nomor satu di kampus almamater itu.

Tapi hari ini saya benar benar sangat lunglai. Sangat sedih sekali rasanya begitu mendengar kabar berita langsung dari putra beliau Mas Mommy Wahono Panataran bahwa baru saja jam 14.30 WIB hari ini, Selasa tanggal 14 September 202, Profesor Rubijanto Misman, orang tua, teman, guru besar kami ini meninggalkan kita semua. Hanya berselang sebentar setelah masuk rumah sakit Geriyatri, Purwokerto.

Saya langsung telepon dari Jakarta kepada kakak saya Arsad Dalimunthe yang sangat dekat juga dengan beliau. “Mas Arsad, tolong urus semua dengan baik baik ya mas. Orang tua kita semua”, begitu saja dan sudah tak sanggup lagi rasanya untuk ungkapkan kata kata lain.

Baru sehari yang lalu beliau berkomunikasi dengan saya via Whatsaap seperti biasa. Kebetulan kami sedang bahas soal artikel yang saya tulis di KOMPAS sebagai bagian dari perjuangan dan juga bicarakan soal meninggalnya sahabat beliau Babah Ho Yen yang dikatakan sebagai sahabat yang unik dan menyenangkan hati beliau betapa banyak orang yang tidak suka padanya.

Baca Juga :  Cegah Penggerusan Budaya dan Ideologi

Profesor Rubijanto Misman bagi saya sebetulnya bukan hanya hubungan murid dan guru biasa. Kadang menjadi teman bercanda, dan menjadi pengganti orang tua ketika orang tua saya jauh di Merauke pada waktu kuliah dulu dan juga sejak ayah saya meninggal. Kami sangat intens berkomunikasi. Seringkali beliau juga bertelepon.

Satu waktu, saya ditelepon oleh beliau malam malam, dan katanya beliau baru saja ditelpon oleh mantan Menteri Koperasi dan UKM, almarhum Drs. Subijakto Tjakrawardaya, yang juga sahabat kecil beliau di Cilacab, Jawa Tengah dan juga kebetulan jadi Wali Amanah Unsoed.

Beliau katakan kalau Pak Biyakto kami memanggilnya, sempat ceritakan soal saya dan agak jengkel karena saya sempat kritik isi buku beliau pada waktu dilaunching di kampus Universitas Trilogi, dimana waktu itu saya bersama Prof Dawam Rahardjo dan Mas Yudi Latief jadi narasumber bedah buku. Saya katakan waktu itu begini, ” Buku Pak Biyakto ini bagus, adalah merupakan kumpulan kebijakan bagaimana koperasi dibangun dan gagal sebagai organisasi mandiri di tanah air selama masa Orde Baru, jadi ini referensi penting bagi kita”.

Prof Rubi katanya menjawab, ” Lha saya katakan apa mas, saya ya bilanglah kalau saya ini kan memang pembina segala macam rupa anak nakal, salah satunya ya Mas Suroto itu…jadi ya lanjutkeun mas!!!”….kami akhirnya hanya tertawa terkekeh.

Dikarenakan kepedulian beliaulah sebetulnya saya dan teman teman anak transmigran seluruh Indonesia juga bisa kuliah dan kemudian juga menjadi manusia mandiri hari ini. Prof Rubi, demikian kami memanggilnya adalah inisiator dan ketua Yayasan Kepedulian Pendidikan Anak Transmigran ( YKPAT) yang kebetulan membangun program agar anak anak transmigran di seluruh Indonesia bisa kuliah di Unsoed.

Kami alumni YKPAT sudah ratusan jumlahnya, bahkan mungkin sudah hampir seribu sejak tahun 1994 program ini dirintis, dan kampus Unsoed jadi satu satunya yang membuat program khusus ini. Alasanya, karena anak anak transmigran banyak yang berpotensi namun tidak memiliki kemampuan untuk membiayai kuliah. Jadi nyaris kami semua dibiayai, dari uang makan hingga pembayaran SPP, uang gedung dan lain lain. Biayanya dikeluarkan oleh Yayasan dengan bantuan dari Kementerian Transmigrasi pada masa menterinya Pak Siswono Yudho Husodo, yang juga adalah sama sama sahabat beliau sebagai mantan aktifis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan juga anggota Barisan Pembela Soekarno.

Baca Juga :  Kejujuran, Jalan Terakhir Selamat dari Pageblug Corona

Betapa cintanya pada Soekarno itu sampai whatshaap terakhir beliau kepada saya kemarin ketika bahas soal tulisan saya di media KOMPAS juga masih menyitir kata Bung Karno ” Bung Karno bilang Kebo Nusu Gudel, kalau anak anaknya masuk tulisanya di koran nasional, bapaknya cukup di koran lokal…hahahaa…”, demikian selorohnya.

Prof Rubi, sebagai orang tua yang membina ratusan mahasiswa transmigran yang sekarang sudah berkarir dimana mana dan bahkan sampai manca negara itu sungguh pribadi yang sangat kebapakkan. Ketika saya sakit misalnya, beliau ditelpon teman saya dari Mahasiswa asal Timor Leste jam 2 malam tetap mau terima, dan bukan hanya menerimanya tapi bergegas naik mobil dan jemput saya ke rumah sakit dan dimasukkan ke ruang VIP. Dokternya bahkan bertanya apakah ini putra beliau. Dan Prof Rubi menjawab dengan tegas, iya. Ini anak anak saya semua dari seluruh penjuru tanah air.

Itu hanya gambaran sekelumit perhatian yang sangat pribadi dari apa yang kami rasakan setiap saat. Beliau juga ketika saya suka membaca, juga tiba tiba datang ke kost/ asrama kami dan sambil menenteng majalah Prisma dan juga Majalah Intisari yang kebetulan sudah tidak dibaca lagi katanya.

Prof Rubi, adalah bukan hanya milik Unsoed, alumni Unsoed pertama yang jadi rektor Unsoed ini juga sangat terkenal di masyarakat terutama di Banyumas. Ketokohanya di bidang politik, sosial dan budaya juga sangat disegani. Aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan dari sejak mahasiswa sampai akhir hayatnya. Beliau adalah alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia ( GMNI), juga pernah jadi Sekjend Persatuan Cendekiawan Pembela Pancasila ( PCPP), dan jabatan kemasyarakatan lainya.

Secara pribadi, dari sejak mahasiswa beliau juga mendukung saya untuk kembangkan koperasi. Beliau sangat mendukung ide ide yang bisa dibilang setengah gila seperti membuka keanggotaan koperasi mahasiswa untuk masyarakat umum sewaktu saya pimpin koperasi mahasiswa, lalu beliau juga mendukung dirikan Koperasi KBUMP yang mana sampai hari ini saya masih aktif sebagai manajer, dan juga menjadi pembina dari pendirian Koperasi KOPKUN yang sekarang kadernya menjadi tokoh tokoh koperasi di tanah air.

Selamat jalan Prof…kami semua akan merindukanmu dan juga akan selalu menjaga apa yang telah anda wariskan pada kami, terutama nilai nilai keegaliteran dan keberanian…selamat jalan Putra Terbaik Soedirman! Rawe rawe rantas malang malang putung!

Jakarta, 14 September 2021

(Ditulis oleh: Suroto
Alumni FEB UNSOED)

Artikel Lainnya