Institut Sarinah: Jejak Kartini diikuti Sarinah Maskiyatun dari Sumenep.

NASIONAL, mediakita.co – Eva Sundari, Direktur Institut Sarinah (InSari) menyimpulkan bahwa Sarinah Maskiyatun adalah sosok milenial Sumenep yang berhasil mengikuti jejak Kartini. Kader GMNI tersebut mempraktekkan moto GMNI pemikir pejuang, pejuang pemikir. Kerisauan situasi perempuan yang tertinggal di dunia pendidikan di Sumenep dia jadikan skripsi, dibukukan dan kemudian membentuk forum pemberdayaan pelajar perempuan.

Kesimpulan itu dinyatakan Eva Sundari di acara bedah buku “Pemikiran Kartini Sebagai Muslimah Terhadap Pemberdayaan Perempuan” karya Maskiyatun. Acara diselenggarakan InSari dalam rangka peringatan Hari Kartini pada Hari Sabtu (24/4/21) kemarin.

Pembedah buku pertama adalh Eko Bambang Subiantoro dari Redaksi Konde.co, sebuah media didirikan untuk menguatkan literasi para perempuan. “Buku Maksiyatun luar biasa, berisi daging semua. Menambah terang dari Buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Antar alinea bersambungan padat dan mencapai puncak dengan temuan yang kuat bahwa pemikiran Kartini untuk mencerdaskan para perempuan adalah sesuai pesan Islam. Jelas, Kartini sosok yang sangat relijius”, jelas Eko meyakinkan.

Panelis kedua, Tina Sofiati adalah anggota Institut Sarinah yang juga seorong guru SD di sekolah Islam Terpadu sangat mengapresiasi buku Maskiyatun. “Ini buku tentang Kartini yang kaya rujukan ayat-ayat Qur’an dan nukilan-nukilan hadis. Kesimpulan yang ditemukan penulis bisa digunakan para aktivis pemberdayaan perempuan di komunitas islam,” jelas Tina Sofiati.

Sebelum bedah buku, anggota Insari Irine Gayatri dari Australia yang juga kandidat doktor di Monash University memberikan kuliah singkat dengan topik “Mengapa Perempuan Harus Menulis?”

Bacaan Lainnya

“Mari ikut jejak Kartini, menulis! Kartini seorang reflektif, mempertanyakan permasalahan ketidakadilan di sekitarnya. Mengapa dan bagaimana menyelesaikannya?,” kata Irene. Selain reflektif, Kartini juga seorang yang beririentasi aksi, bertindak yaitu menuliskannya dan kemudian mendirikan sekolah jelas Irene lebih lanjut.

Penulis buku, Maskiyatun kemudian menjelaskan bahwa motivasi memilih topik didorong kegelisahannya karena masih kuatnya anggapan masyarakat muslim di Sumenep bahwa perempuan tidak perlu disekolahkan tinggi-tinggi. “Alhamdulillah saya bisa membuktikan sebaliknya. Setidaknya ada 4 gadis memutuskan kuliah setelah membaca buku tersebut. Lebih dari itu, sekarang di Sumenep terbentuk forum pemberdayaan untuk para pelajar perempuan,” jelas Maskiyatun.

Selama bedah buku, ada beberapa selingan acara berupa Pembacaan surat Kartini oleh Rampak Sarinah (RamSar) milenial Dian (Kediri), Cintya (Surabaya), Mega (Blitar) dan Arika (Tulungagung). Ada juga video panen pakcoy oleh ibu-ibu RamSar Desa Kunjang, Kec Ngancar Kediri, ada juga 2 group vocal dari ibu-ibu RamSar Sulawesi Selatan dengan lagu SARINAH gubahan Ibu Asmaeny Azis, dan dari Blitar dengan lagu Ibu Kita Kartini. Acara kemudian ditutup dengan persembahan kerawitan RamSar Tulungagung dengan Tembang Olah Raga.

Penulis : ( Redaksi )

Pos terkait