Mau Tahu Sisi Lain Di Tempat Esek-Esek Calam Pemalang ? Ini Liputan Khususnya…

Mau Tahu Sisi Lain Di Tempat Esek-Esek Calam Pemalang ? Ini Liputan Khususnya...
Mau Tahu Sisi Lain Di Tempat Esek-Esek Calam Pemalang ? Ini Liputan Khususnya...

PEMALANG, mediakita.co – Mendung terggantung di langit Pemalang, pada pukul 15.00 Wib, Jumat (9/12). Kawasan esek-esek Calam yang terletak disebelah utara Terminal Induk Pemalang seperti sedang berbenah menyongsong gempita malam. Sebab, akhir pekan biasanya memang ramai. Semoga mendung tak berarti hujan, karena hujan berarti pertanda buruk bagi mereka.

Geliat hidup di Calam kabarnya mulai merona selepas asar. Aktivitas di pinggir jalan lingkar utara, Pemalang itu baru bermula saat senja tiba. Sepeda motor lalu-lalang. Bunyi musik menggema selaksa pasar malam. Beberapa perempuan bergincu dan berpakaian seksi, terlihat berderet di depan bangunan rumah-rumah seadanya yang melajur tak beraturan.

Sesekali, perempuan-perempuan itu menyapa dan bahkan memanggil kepada setiap lelaki yang lewat di depannya. Saup-saup, suaranya terdengar seperti sedang menjajakan dirinya. ” Mampir mas, minum mas, ngamar mas,” begitu sapanya, di antara bunyi musik yang sebenarnya begitu memekik di telinga.

” Minum disit ya mas, ben kendel. AO apa bir ?” tanya Arum (bukan nama sebenarnya) mengawali pembicaraan. Ia mengatakan, di tempat ini memang pusatnya sorga.

” Pan mendem, ngamar, gari milih sing kaya apa ana,” katanya.

Bacaan Lainnya

 

Mau Tahu Sisi Lain Di Tempat Esek-Esek Calam Pemalang ? Ini Liputan Khususnya...
Mau Tahu Sisi Lain Di Tempat Esek-Esek Calam Pemalang ? Ini Liputan Khususnya…

Di tanya tentang adanya penggrebekan, perempuan asal Purbalingga ini menyatakan bahwa tempat ini aman dari razia.

Kalem mas, ora usah kuatir operasi. Sudah ada yang ngurusi soal itu. Kalau mau ada razia pasti ada kabar mas,” jelasnya dengan panjang lebar untuk meyakinkan mengapa tempat ini aman.

Begitu?

Ya begitulah!

Menurut mereka, ada alasan mengapa tempat esek-esek Calam nampak begitu bebas seperti layaknya pasar malam. Meski sebenarnya termasuk yang ilegal.

Dentum bunyi musik dari rumah satu dan lainnya seperti saling bersautan. Di antara rumah-rumah bordir itu, nampak ada yang sedang berpasang-pasang untuk bernyanyi, berjoged, ada pula yang sedang bercengkerama sambil minum-minuman beralkohol.

Berbeda dengan yang lainnya, Arum, nampak tidak begitu agresif. Ia nampak lebih tenang dibandingkan dengan PSK lainnya. Sorot matanya begitu tajam dalam menatap. Ada semacam keyakinan yang cukup dalam di dirinya.

Ya, Arum memang berbeda dengan kebanyakan para Pekerja Seks Komersial umumnya.

Ia mengaku, pilihannya berprofesi sebagai pelacur bukan semata-mata himpitan ekonomi. Gaya hidup hedonis, adalah alasan mulanya ia menjajakan dirinya. Latar belakang keluarganya yang hanya tergolong cukup, tak pernah mampu memenuhi seluruh keinginannya sebagai remaja yang dianggapnya sebgai gaul.

”Ya waktu remaja kan seneng nongkrong di mall, cafe dan ke club. Kebutuhan penampilan dengan baju bagus, hape yang gaul, minta orang tua gak dikasih, ya sudah pada tidak kesampean, saya jual diri saja. Toh dulu dah biasa gituan ama pacar atau teman berhura-hura. Eh, lama-lama malah keterusan,” kisahnya.

Dari situ, pengakuan Arum, sekolah jadi mogol. Nikah juga jadi berantakan. ” Ya, balik maning jual-jual diri sing duwite kepenak. Hingga akhirnya sampai ke calam ini, ” ceriteranya blak-blakan tanpa malu-malu.

Laporan : FATAH H

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.