Mengenal Dusun Kaso, Dusun “Samin” ala Pemalang

PEMALANG, mediakita.co – Bila mendengar nama Samin tentunya kita ingat dengan nama Masyarakat Adat di Daerah sekitar Blora. Mereka terkenal akan keluguan dan kepolosan dalam kehidupan sehari hari. Nah, usut punya usut, di Daerah Pemalang, juga ada sebuah dusun dengan kehidupan menyerupai masyarakat “Samin”. Dan konon mereka memiliki hubungan dengan Masyarakat Samin di daerah Pati dan Blora tersebut. Ayo, kita simak cerita berikut ini.

Nama daerah yang dimaksud adalah Dusun Kaso. Dusun tersebut berada di Desa Sarwodadi Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang. Nah, karena terkenal akan keluguanya, kata “Kaso” kadang digunakan untuk menyebut orang yang benar-benar ndeso.

Nama Kaso sendiri bahkan lebih dikenal daripada Desa Sarwodadi itu sendiri. Bahkan beberapa sumber mediakita.co, kebanyakan tidak mengetahui bahwa Kaso merupakan nama pedukuhan adat di Desa Sarwodadi.

Salah satu keunikan dari masyarakat Desa Kaso adalah pola komunikasi bahasa yang dikenal khas, lucu dan lugu, jujur dan terkesan apa adanya. Cara mereka dalam memahami bahasa memang berbeda dengan orang kebanyakan. Sebagai contoh, bila kita membutuhkan peralatan perbengkelan dan meminjam ke bengkel asli wong kaso, jangan terkejut kalau jawabannya terkesan konyol. “ Maaf pak, saya pinjam kunci 13”, misalnya. Maka mereka akan menjawab” kok banyak sekali, nanti peralatanku habis”, jawab wong kaso.

Menurut Etnografi Komunikasi, R. Hery Budhiono menyebutkan bahwa Konsep mereka (wong kaso-red) tentang bahasa sepertinya agak berbeda dengan orang kebanyakan. Menurut mereka, mungkin, bahasa adalah apa yang terdengar, tertangkap, dan terlihat oleh indra tanpa memedulikan unsur lain yang ada pada setiap tindak berbahasa. “Bahasa menurut mereka adalah sekadar ucapan saja tanpa mempertimbangkan “sesuatu” atau kekuatan lain di dalamnya” Ungkapnya kepada Mediakita.co pada Rabu (27/01).

Bacaan Lainnya

Konsep logika sebagai himpunan pernyataan yang konsisten dianggap angin lalu oleh mereka. Bila kita menanyai mereka tentang sesuatu, jawaban yang kita peroleh tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Orang lain mungkin menganggapnya sebagai sesuatu yang konyol, lucu, bahkan naïf. ”tetapi begitulah mereka adanya” papar lelaki dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah ini.

Konon, itu disebabkan oleh karena daerah ini merupakan peninggalan dari suku Samin yang pernah melawat ke daerah ini. Dengan pola komunikasi yang lugu dan bermakna kelurusan makna dalam berbahasa, tradisi kaso ini dikenal unik bahkan sering menjadi bahan lelucon. Tradisi bahasa kaso oleh masyarakat Pemalang sendiri di sebut sebagai masyarakat saminnya Pemalang.

Salah satu contoh dialog lainya adalah

“ Weruh umahe pak lurah ?“,

 (lihat rumahnya pak lurah?)

Maka jika lokasi saat bertanya jauh dengan rumah pak lurah, mereka akan menjawab “tidak”, meskipun sebenarnya tahu. Hal itu terjadi karena cara bertanya dengan menggunakan kata “weruh” yang arti pokoknya lihat atau melihat. Maka mereka akan menjawab tidak. Mereka beranggapan karena lokasinya jauh, maka jelas rumah pak lurah tidak kelihatan. Tapi sebenarnya tahu, itu maksudnya. (BM/01/fz)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.