Tradisi Lebaran Ketupat: Sebuah Simbol Saling Memaafkan

mediakita.co – Tradisi secara umum dapat diartikan sebagai sebuah hal atau kebiasan yang sering dilakukan atau selalu dilakukan oleh masyarakat. Sangat banyak sebuah tradisi yang dilakukan oleh semua elemen masyarakat khususunya di Indonesia, salah satunya ialah tradisi lebaran ketupat.

Siapa lagi yang tak mengenal dengan tradisi lebaran ketupat? Ya, pasti semua orang mengerti dan tau akan tradisi ini, khususnya masyarakat jawa pada umumnya. Tradisi lebaran ketupat ini sudah sangat melekat bagi orang jawa, karena ini merupakan tradisi turun temurun yang dilaksanakan oleh masyarakat jawa.

Tradisi lebaran ketupat ini biasanya dilakukan pada bulan Syawal, lebaran ketupat dilaksanakan setelah puasa 6 hari di bulan Syawal. Lebaran ketupat ini juga menandakan sebagai rasa wujud syukur atas terlaksananya puasa 6 hari di bulan Syawal. Konon katanya, tradisi ini dipelopori oleh Sunan Kalijaga

Makna Ketupat

Komaruddin Amin dan M. Arskal Salim GP dalam bukunya yang berjudul Ensklopedia Islam Nusantara edisi budaya mengungkapkan bahwasanya kupati berasal dari kata “papat” atau empat, dan juga bentuknya yang “persegi empat”. Hal ini adalah simbol yang hendak mengarahkan kepada esensi rukun ajaran agama Islam yang keempat, yaitu puasa bulan Ramadhan. Kupat dalam bahasa jawa konon merupakan kependekan dari kalimat ngaku lepat yang berarti “mengakui kesalahan”. Karena itu, saling berbagi dan memberi kupat di hari lebaran ketupat adalah sebuah simbol atas pengakuan kesalahan dan kekurangan diri masing-masing terhadap Allah, terhadap keluarga, dan juga terhadap sesama.

Bacaan Lainnya

Beliau juga menjelaskan bahwa kupat ini merupakan sebuah arti dari “laku papat” atau bisa disebut dengan “empat tindakan” yaitu:

Pertama “lebaran”. Dalam hal ini lebaran menandakan sudah selesainya waktu menjalankan ibadah puasa dalam bulan Ramadan. Kedua “luberan”. Luberan ini diartikan sebagai ajakan untuk saling berbagi rizki, bersedekah, berzakat. Ketiga “leburan”. Leburan ini diartikan dengan mengakui kesalahan, memohon maaf dan saling memaafkan. Keempat “laburan”. Laburan dalam hal ini diartikan dengan manusia agar selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.

 

Simbol Saling Memaafkan

Simbol dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan sebuah lambang. Dalam hal ini ketupat menjadi sebuah lambang bagi masyarakat untuk saling memohon maaf dan saling memaafkan, ketupat ini dibungkus dengan sebuah tradisi lebaran ketupat. Banyak tradisi yang menggunakan ketupat sebagai sebuah simbol lainnya. Akan tetapi dalam hal ini penulis membahas ketupat menjadi sebuah simbol memaafkan yang dibungkus dalam sebuah tradisi lebaran ketupat.

Tradisi lebaran letupat sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat pada umumnya dan umat muslim pada khususnya. Tradisi yang sangat berharga ini sekaligus menjadi sebuah momen di mana semua keluarga berkumpul menjadi satu untuk meningkatkan tali silaurahmi dan saling melekatkan sebuah persaudaraan. Tidak hanya dilakukan oleh keluarga saja, momen ini juga dilakukan dengan sesama tetangga, dan masyarakat lainnya.

Dalam ruang lingkup keluarga tradisi lebaran ketupat ini juga diiringi dengan sebuah tradisi sungkeman, yang mana tradisi sungkeman ini menjadi sebuah implementasi dari “ngaku lepat” atau mengakui kesalahan. Tradisi yang selalu dilaksanakan dengan sebuah arti yang sangat mendalam. Bagaimana tidak, sungkeman ini mengajarkan kita bagiamana kita sebagai manusia sebagai makhluk sosial yang harus saling menghormati orang tua, selalu bersikap rendah hati, selalu mengakui kesalahannya dan selalu memaafkan sesama muslim dan masyarakat lainnya.

Sangat indah sekali makna yang terdapat dalam tradisi ketupat ini, kita bisa mengambil sebuah gambaran bagaimana sebuah makanan ini menjadi sebuah simbol yang sangat menarik dan menjadikan sebuah tradisi yang turun temurun yang selalu dilakukan oleh masyarakat pada umunya. Sesama muslim memang harus saling memaafkan satu dengan lainnya, dan dengan adanya sebuah tradisi lebaran ketupat ini bisa kita jadikan sebuah momentum untuk kita saling memaafkan dan manjalin sebuah kekerabatan yang harmonis antar sesama muslim

Traidisi ini sangat patut untuk kita lestarikan, karena dengan melestarikan sebuah tradisi ini kita bisa mengerti rasa kebersamaan dibalut dengan sebuah momen saling bermaaf-maafan dengan orang tua, keluarga, tetangga dan orang muslim pada umumnya.

Dengan demikian sangat begitu tampak, bagiamana sebuah tradisi yang ditinggalkan oleh para sesepuh dulu atau para wali dulu ini sangat mengandung sebuah arti kebersamaan dan saling memaafkan. Tak hanya menjadi sebuah simbol saling memaafkan saja, akan tetapi, tradisi ini juga menjadikan sebuah momen yang sangat berharga bagi umat muslim untuk berkumpul bersama keluarga dan merajut rasa keharmonisan dalam kekeluargaan itu sendiri.

Penulis adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

 

Pos terkait