NASIONAL, mediakita.co– Penolakan warga terhadap tenaga para medis yang menangani Covid-19 masih terus terjadi di beberapa wilayah. Kisah memilukan paling kini menimpa 3 perawat RSUD Bung Karno Solo, Jawa Tengah. Terusir dari tempat kosnya, tiga perawat itu akhirnya tinggal di rumah sakit tempatnya bekerja.
Direktur RSUD Bung Karno, Wahyu Indianto membenarkan adanya peristiwa itu. Ia mengatakan, ada tiga perawat yang disuruh pergi dari indekosnya. “Iya betul, nggak tahu itu disuruh pergi begitu saja. Sebabnya apa juga enggak tahu,” kata Wahyu kepada wartawan, Senin (27/4/2020).
Menurut Wahyu, ketiga perawat itu tinggal dalam satu indekos di kawasan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Atas peristiwa tersebut, pihaknya memilih tidak mengajukan tempat yang disediakan Pemerintah Korta Solo. Ia memilih menampung mereka di rumah sakit.
Hal itu dilakukan mengingat di rumah sakit yang dipimpinnya masih ada ruang yang bisa dipakai untuk menampung mereka. Wahyu beranggapan, menempatkan mereka di tempat yanga ada di rumah sakit lebih baik karena sewaktu-waktu keadaan emergency bisa turut membantu.
Disaat yang hampir sama, media sosial digegerkan dengan surat imbauan RW yang menolak tenaga para medis di Kelurahan Klojen, Kecematan Klojen, Kota Malang. Surat tertanggal 14 April 2020 itu ditujukan pada pengusaha kos-kosan di RW 2 itu pun viral.
Terkait dengan itu, melalui akun media sosialnya, Wali Kota Malang, Sutiaji, angkat bicara. “Terkait surat imbauan itu, kami sudah sampaikan kepada masyarakat dan seluruh jajaran bahwa masyarakat harus memberikan dukungan kepada para tenaga medis dan jangan sampai terjadi penolakan”.
Menurutnya, Pemerintah Kota Malang telah menyiapkan hunian untuk tenaga medis. Khususnya bagi mereka yang memiliki rasa khawatir menularkan virus ke keluarga atau orang terdekat. “Saya berharap tenaga kesehatan tetap semangat dan saya mohon maaf jika ada masyarakat yang melakukan itu. Saya yakinkan itu tidak terjadi lagi,” jelasnya.
Kisah serupa terjadi di Aceh. Sejumlah tenaga medis yang merawat pasien virus corona di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin (RSUDZA) Banda Aceh dikabarkan ditolak pemilik kos dan warga saat kembali ke kediamannya.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh, Hanif juga membenarkan adanya paramedis yang diusir. Namun, Hanif tidak mengetahui jumlah para medis yang ditolak warga tersebut. “Info Direktur RSUDZA benar, sekarang mereka (para tenaga medis) di asrama BPSDM. Coba cek ke RSUDZA,” ujar Hanif saat dikonfirmasi wartawan, Selasa, (7/4).
Selanjutnya, kisah sama terjadi di Sumatra Selatan, kabar 6 tenaga medis diusir dari lingkungan tempat tinggal sementaranya. Keenam tenaga medis yang merupakan perawat bekerja di Rumah Sakit Siloam Sriwijaya, Palembang itu diusir dari kosnya oleh RT, RW dan warga setempat karena dikhawatirkan akan menularkan Virus Corona.
Pemerintah Kota Palembang telah mendengar adanya penolakan ini dan menyayangkan sikap warga terhadap para tenaga kesehatan. Wali kota Palembang Harno Joyo Meminta warganya menghargai para tenaga kesehatan yang telah bekerja keras.
Selang sehari, cerita memilukan datang dari Yogyakarta. Direktur Utama Rumah Sakit (RS) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Widodo Wiryawan mengungkapkan ada beberapa perawat yang mendapat stigma negatif.
“Ada laporan ke kami bahwa ada perawat yang tidak bisa memperpanjang kosnya,” kata Widodo kepada wartawan Rabu (8/4/2020).
Atas peristiwa tersebut, Widodo berharap meskipun pihaknya telah menyiapkan beberapa bangsal di RS menjadi tempat tinggal sementara bagi para petugas medis, pemerintah harus membantumenjelaskan kepada masyarakat.
Pemerintah perlu membantu menjelaskan masalah stigma negatif yang ada dimasyarakat kepada para petugas medis yang menangani pasien Covid-19 ini sampai ke tingkat RT.