ajibpol
JAKARTALITERA KITA

Waspada Penyebaran Nilai Budaya yang Tidak Sesuai dengan Jiwa Pancasila dan Agama Melalui Media Sosial

JAKARTA, mediakita.co- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) telah menyelenggarakan seminar Literasi Digital secara online dengan mengusung tema: “Mewaspadai Penyebaran Nilai Dan Budaya Yang Tidak Sesuai Dengan Jiwa Pancasila Dan Agama Melalui Media Sosial”.

Terdapat tiga narasumber yang kompeten dalam seminar Literasi Digital kali ini. Pertama Abdul Kharis Almasyahari Wakil Ketua Komisi I DPR RI. Kedua Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI Semuel Abrijani Pangerapan dan Parman dari perwakilan guru.

Seminar yang diselenggarakan pada hari Minggu, 12 Juni 2022 ini dilaksanakan dengan melalui platform zoom meeting.

Seminar ini merupakan inisiasi yang di dukung oleh Kementerian Kominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Memiliki beberapa tujuan yang diantaranya adalah untuk mendorong masyarakat agar mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi dan bisnis, memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat.

Untuk memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat terkait pembangunan Infrastruktur TIK yang dilakukan oleh Pemerintah khususnya oleh Ditjen APTIKA. Selain itu juga guna mewujudkan jaringan informasi serta media komunikasi dua arah antara masyarakat dengan masyarakat maupun dengan pihak lainnya.

Dalam seminar yang terdiri dari beberapa sesi ini diisi dengan penyampaian materi oleh narasumber juga sesi tanya jawab dengan peserta.

Acara seminar turut dimeriahkan dengan penampilan musik sebelum room zoom meeting dibuka untuk peserta pada pukul 12.00 WIB. Memasuki sesi pemaparan materi moderator diminta MC untuk memandu sesi pemaparan sekaligus sesi diskusi.

Abdul Kharis Almasyahri mengawali sesi dengan pengantar yang dalam paparanya menyampaikan bahwa saat ini arus gerak dunia digital dan TIK tidak bisa dibendung lagi karena hal tersebut sudah merupakan konsekuensi kreativitas anak di dunia ini.

“Saat ini eranya informasi yang bertumpu pada perkembangan teknologi informasi digital”, menurut Wakil Ketua Komisi I DPR RI ini.

Baca Juga :  Jemput di Bandara hingga Nyoto Bareng, Ini Potret Kedekatan Puan dan Mas Wali Kota Gibran

Lebih lanjut Abdul Kharis menyampaikan bahwa saat ini kita bisa mengakses teknologi digital kapan saja dan dimana saja. Budaya dari berbagai daerah di seluruh dunia bisa diakses oleh siapa saja.

Banyak remaja-remaja saat ini melihat budaya barat dan menyukai budaya tersebut yang kemudian menirunya, yang tidak baiknya jika para remaja tersebut mengikuti budaya tanpa memilah dan memilih mana budaya yang baik untuk ditiru dan mana budaya yang tidak baik untuk ditiru.

“Kita sebagai warga Indonesia jangan sampai melupakan nilai dan agama yang ada dari leluhur kita dan jangan sampai gelombang budaya Barat membuat kita jauh dari nilai dan agama yang ada di Indonesia”, jelas Abdul Kharis menutup pemaparan materinya.

Dalam sambutan dan pemaparannya Semuel Abrijani Pangerapan, menyampaikan bahwa, sebagaimana yang telah diketahui bersama adanya dampak pandemi dan pesatnya teknologi telah mengubah cara kita beraktivitas dan bekerja. Kehadiran teknologi sebagai bagian dari kehidupan masyarakat inilah yang semakin mempertegaskan kita sedang menghadapi era disubsi teknologi.

Untuk mengahadapi hal tersebut, kita semua harus mempercepat kerjasama kita dalam mewujudkan agenda trasnformasi digital Indonesia. Salah satu pilar penting yang mendukung wujudnya agenda trasnformasi digital adalah menciptakan masyarakat digital dimana kemampuan literasi digital masyarakat memegang peranan penting didalamnya.

Sebagai tingkat paling dasar, literasi digital merupakan kemampuan yang paling krusial dalam menghadapi teknologi saat ini untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang tidak hanya mengenal teknologi secara offline dan juga cermat dalam menggunakannya.

“Bersama-sama wujudkan cita-cita bangsa Indonesia dengan menjadikan masyarakat madani berbasis teknologi”, ungkap Semuel.

Kemampuan yang kita miliki serta keunggulan yang terus dijaga menurut Dirjen APTIKA Kementerian Kominfo RI akan membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang hebat dan besar, serta menjadi unggul dalam segi sumber daya manusia.

Mewakili kalangan pendidik /guru Parman membuka paparannya dengan pertanyaan “apakah nilai dan budaya yang tidak sesui dengan jiwa Pancasila dan agama?”.

Baca Juga :  Peringatan Nuzulul Qur'an, Puan: Selalu Relevan Jadi Sumber Moral dan Inspirasi

Menurut Parman Pancasila tidak bisa di pertentangkan dengan agama, baik dari Pancasila sendiri maupun dari Agama. Meskipun memang, kadang masih ada yang mempertentangkan antara keduanya. Dalam hal tata nilai, keduanya memiliki ruang tersendiri (khususnya dalam hal berhubungan anatara manusia dengan Tuhan dalam dimensi ibadah ritual). Meskipun secara umum keduanya memiliki ruang yang saling beririsan dalam masalah hubungan antar manusia. Nilai-nilai yang bertentangan dengan Pancasila, hampir bisa dipastikan bertentangan dengan nilai agama secara umum.

Dalam menutup pemaparannya Parman juga memberikan beberapa solusi yang bisa kita lakukan di saat seperti ini berkaitan dengan pendidikan dan nilai Pancasila serta agama dengan bijak bermedia sosial. Yang pertama, medsos adalah keniscayaan. Menurutnya melarang menggunakan medsos juga kemustahilan. Yang bisa dilakukan adalah bijak menggunakan medsos.

Dewasa ini menurutnya kita merasakan kehilangan akhlak pada sebagaian generasi muda kita. Apalagi kesantunan bermedia sosial; mutlak diperlakukan Gerakan masif bijak dan cerdas bermedia sosial. Perlu Gerakan Bersama yang didorong dari titik tolak kesadaran yang sama. Bukan Gerakan yang merupakan reaktif dari keterlanjuran perilaku negative yang terlanjur ditemukan. Yang kedua, perlu Gerakan yang bersifat shock terapi; dengan prinsip bahwa hukuman hakekatnya melindungi masyarakat umum dari kejahatan dan kerusakan. Dan yang terakhir, menciptakan ruang ekspresi bagi pelajar dan generasi muda sehingga tidak terlalu larut pada aktivitas medsos menjadi aktivitas utama.

Setelah pemaparan materi dari ketiga narasumber dilanjutkan sesi tanya jawab. Moderator membuka sesi tanya jawab kepada para peserta yang sangat antusias memberikan pertanyaan. Sesi diskusi membuat seminar online ini berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Para peserta yang bertanya mendapat doorprize. Acara ditutup dengan foto bersama dan pemberian plakat secara simbolik.

Dengan adanya acara ini diharapkan masyarakat dapat melakukan literasi digital sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.

Artikel Lainnya