Jumlah Nakes Positif Corona 14 Orang, Lebih Banyak Dari Umum, Ini Tanggapan Direktur RSUD Pemalang

Jumlah Nakes Positif Corona 14 Orang, Lebih Banyak Dari Umum, Ini Tanggapan Direktur RSUD Pemalang
Bupati Junaedi Cek Ruang Pelayanan dan Isolasi Covid RSUD M. Ashari Pemalang

“Sesungguhnya perbandingan jumlah nakes lebih banyak dari umum yang terpapar corona virus (COVID-19) di Pemalang, sebuah angka yang tidak bisa diperbandingkan. Hal itu karena pada masyarakat umum belum di rapid dan swab PCR”.

 

PEMALANG, mediakita.co– Direktur RSUD RSUD dr. M. Ashari Pemalang, Sunardo Budi Santoso,memberikan tanggapan terkait dengan banyaknya pertanyaan tentang ketimpangan data lebih tingginya jumlah tenaga kesehatan (nakes) yang dinyatakan positif terpapar corona di Pemalang. Dari 22 kasus akumulasi jumlah pasien positif corona di Pemalang, 14 orang di antaranya nakes.

Data yang menunjukan lebih tingginya nakes terpapar, sejumlah pihak menilai hal itu karena upaya pencegahan di lingkungan kerja pelayanan kesehatan belum efektif. Disisi lain, kondisi tersebut berpotensi lahirnya stigma negatif bahwa potensi penularan di rumah sakit lebih tinggi dibandingkan populasi di masyarakat.

Bacaan Lainnya

Menurut Sunardo, banyaknya pertanyaan di masyarakat tentang jumlah nakes yang lebih banyak dari umum bisa dipahami.  Meskipun dalam membaca data itu sesungguhnya sebuah angka yang tidak bisa diperbandingkan. Hal itu karena pada masyarakat umum belum di rapid dan swab PCR.

“Anggapan bahwa RSUD kasusnya terbanyak secara angka iya. Tapi harus diingat bahwa hal itu terjadi karena yang kita rapid dan swab jumlahnya besar sebagai upaya kongkrit deteksi Covid,” kilahnya.

Sedangkan masyarakat umum, Menurut Sunardo, baru dirapid atau diswab PCR manakala ada keluhan dan indikasi dan dirawat di rumah sakit. Jadi saya rasa sebuah angka yang tidak bisa diperbandingkan.

Ditanya apa analisis dan penjelasan mengapa tenaga medis lebih banyak yang positif corona virus (Covid-19) dari pada jumlah masyarakat umum, Sunardo menyatakan bahwa jika pada kasus tahap pertama  analisa yang muncul import case (kasus impor).

Namun terhadap kasus yang kedua, yaitu pada tambahan 5 kasus baru-baru ini, ia menganggap harus di kaji lebih dalam. Karena, ada satu  tenaga medis yang bekerja di RSUD Ashari, RS. Siaga Medika dan RSI Moga. Menurutnya, dia merupakan teaga medis yang memang Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) kasus COVID-19.

Kedua, ada satu tenaga medis yang bekerja di dua rumah sakit, yaitu RSUD Ashari dan RS. Santamaria yang kinerjanya berkaitan erat dengan FGN aerosol. Disini, ada kemungkinan berkaitan dengan pasien yang tidak jujur.

Ketiga, lanjut Sunardo, ada dua  dokter umum yang bekerja di RS. Santamaria dan  salah satunya juga di Puskesmas Petarukan. Ini yang perlu kajian lebih lanjut terutama berkaitan dengan beban kerja. Selain kecukupan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja, adanya ketidak jujuran pasien juga sangat dimungkinkan

“Selanjutnya yang ke tiga, ada satu nakes lain yang bekerja di  UGD RSUD Ashari. Ini yang kemungkinan berkaitan dengan ketidakjujuran pasien. Karena kalau pasien jujur, di UGD RSUD Ashari, langsung diarahkan ke jalur penangan Covid,” jelasnya,

Meskipun sebenarnya, menurut direktur RSUD, pihaknya sudah mengambil langkah strategis untuk mencoba menjaga nakes. Bahkan sejak awal, RSUD telah mengambil kebijakan pemakaian APD lengkap, peningkatan asupan gizi dan pemberian multivitamin bagi nakes.

Meski demikian, untuk meningkatkan upaya pencegahan, pihaknya telah melakukan upaya pembatasan pasien dengan cara pemberian obat kronis dua bulan. Selain itu, pihaknya juga melakukan edukasi pasien untuk tidak kerumah sakit.

“Dan hal itu terbukti efektif dengan jumlah kunjungan poli saat ini hanya di rentang 100 sampai dengan 200 pasien. Padahal sebelumnya kunjungan, jumlah untuk semua poli semula berkisar 500 an  pasien.  Dari jumlah itu, kemudian dirawat inap hanya 100 – 135 pasien dari semula 280 – 298 pasien,” tandasnya.

Lebih lanjut, ditanya apakah ketimpangan data tersebut bisa jadi karena soal tracking yang kurang cermat sehingga banyak yang abai dan lolos ?

“Monggo sama sama menganalisa DPJP kebetulan kan juga di siaga (Rumah Sakit Siaga Medika-red) dan RSI Moga ini kalau asumsi penularan dari rumah sakit. Tapi seperti sering saya sampaikan di internal tertular bisa jadi saat tidak di rumah sakit, tapi bisa jadi pas beli bensin, jajan atau pas jalan-jalan,” tambahnya.

Tapi, kata Sunardo, secara prinsip RSUD Ashari telah mengambil langkah awal dengan menutup sementara Poli Paru dan Gigi.

Sunardo menghargai dan merasa senang adanya perhatian dari masyarakat Pemalang tentang banyaknya jumlah nakes yang sakit akibat terpapar corona. Untuk itu maka pihaknya akan berjuang mengatasi dan menyiapkan tempat baik untuk tempat perawatan maupun isolasi karantina yang menjadi tanggungjawabnya.

“Spenuhnya RSUD sebagai unit teknis pemerintah dan ini sudah seijin dan menjadi kebijakan Bupati bahwa RSUD menjadi garda terdepan dan salah satu wujud dari pemerintah hadir,” pungkasnya.

Di saat yang sama, mediakita juga menghubungi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang Solahudin melalui pesan whatsapp telepon pribadinya sejak hari Jumat (1/05/2020). Namun, hingga berita ini diturunkan, yang bersangkutan hanya membaca dan tidak memberikan tanggapan. Tanggapan hanya diperoleh dari direktur RSUD Pemalang Sunardo,

Pos terkait