PEMALANG, mediakita.co – Sebuah bangunan sederhana di tepi lapangan sepak bola, menghadap ke selatan. Diyakini oleh penduduk Desa Susukan Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang, adalah makam Mbah Tunggul (Mbah Tunggul Pawenang).
Warso, penduduk Rt 02 Rw 02 (58), satu diantara empat ribu penduduk Desa Susukan. Rumahnya tidak jauh dari lokasi makam.
Menurut Warso, Mbah Tunggul Pawenang adalah orang pertama yang datang diwilayah ini. Sekarang Desa Susukan. Dengan mengajak beberapa orang, Mbah Tunggul membuka lahan dan memperluas menjadi lahan pertanian dengan menebang hutan.
“Kami meyakini bahwa Mbah Tunggul bukan nama asli. Sebab semua jati diri Pasukan Surakarta Hadiningkrat yang lebih dikenal dengan nama Pasukan Mataram, banyak ditandai dengan sebutan lain. Atau karena alasan tertentu, dipanggil dengan nama lain sesuai dengan keadaan saat itu.
Sebutan atau panggilan nama baru seringkali dibuat untuk kepentingan politik. Tapi ada juga yang dipanggil menurut persepsi warga saat itu.
Disebutkan orang-orang Desa Susukan, Mbah Tunggul Pawenang diyakini sebgai bagian dari prajurit Mataram. Setelah kalah perang dengan VOC waktu merebut Kota Batavia, tidak kembali ke kerajaan namun ke hutan.
Bahkan tidak jauh dari tempat ini, lanjut Warso, orang-orang sakti dari Pasukan Mataran yang mengajak penduduk setempat memperluas wilayah. Hutan ini dibuka selain untuk keperluan bertani, juga dengan tujuan agar menyatu dengan wilayah lain.
Dengan demikian, maka desa-desa yang termasuk di Kecamatan Comal, Kecamatan Ulujami, Kecamatan Bodeh, Kecamatan Ampelgading dan Kecamatan Petarukan, pada akhirnya menyatu.