Randudongkal, Mediakita.co – Nilai tukar rupiah terhadap dolar yang melemah hingga menyentuh angka Rp14.000,- lebih, berpengaruh terhadap komoditas impor seperti kacang kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dongkal. Meski harga bahan baku semakin mahal, produsen dan penjual makanan khas Randudongkal ini memilih bertahan pada harga dan ukuran wajar demi menjaga konsumen. Mereka harus menerima kenyataan laba dari dagang tahu kian menipis.
Sebut saja Dati (50), salah seorang pedagang tahu di Pasar Randudongkal, menuturkan tahu yang dia jajakan tetap pada harga dan ukuran biasa. Dia takut para pembeli tidak mau lagi membeli tahunya karena mahal atau ukuranya lebih kecil. Padahal kini harga kedelai mencapai Rp72.000,- per kwintal dari sebelumnya Rp68.000,- per kwintal.
“Harga tahu tidak naik, harganya tetap seperti biasanya, untuk ukuran tahu sendiri juga tidak berubah masih tetap,” jelas ibu ini sembari mengaku rela mengurangi laba penjualan tahu.
BACA JUGA :
Mahasiswa Perkenalkan Budidaya Padi Tanpa Galeng
Pedagang Sayur Tewas Tersambar Kereta Api
Ngaku Dibegal, Komplotan Penipu Dibekuk
“Saya tidak begitu mempermasalahkan kalau penghasilan berkurang, yang terpenting pembeli tetap ada jangan sampai kabur karena tahu saya mahal”. Tandasnya.
Hampir semua pedagang tahu di Pasar Randudongkal tidak menaikan harga tahu dan juga tidak memperkecil ukuran tahu dengan alasan yang sama. “Kalau harganya naik pembelinya tidak mau, kalaupun ukuran tahunya diperkecil juga mereka protes,” ujar Sumi (38) pedagang tahu di Pasar yang sama.
Berbeda dengan pedagang tahu di kawasan terminal lama Randudongkal seperti Soidah (45) mengaku memilih menyesuaikan ukuran tahu dagangannya. “Harga tahunya masih sama seperti biasa tapi ukuran tahu saya perkecil, iya saya perkecil. Kan kedelainya sekarang mahal,” pungkas dia.