Ada Apakah Denganmu
Tiba-tiba engkau datang merajuk
engkau katakan dengan muka ditekuk
bahwa aku adalah memang sudah jadi jodohmu
ibu pun telah bilang begitu
kau menegaskan ucapanmu
Tercenung aku dalam kebisuanku ….
Belum sempat aku jawab
engkau gamit tanganku
dihadapan ibumu
dihadapan bapakmu
di hadapan penghulu
langsungkan peristiwa sakral itu
Qobiltu …
Di kamar bulan madu
kau lucuti semua pakaianmu
aku makin melongo tiada kedip
kau nangis menderu-deru
kau bilang,
kurang seksi kah bodyku
tidak!
bukan begitu …
kau sangat seksi sekali
bukankah kau sahabat karibku …
sayang sekali
suara kentongan dari petugas keamanan
perumahanku berisik mengusik
terbangunlah aku!
saat itu jam dua lewat tiga puluh
kembali kubayangkan wajahmu
wahai engkau sahabat karibku
sangat ayu wajahmu
sangat seksi bodymu
adakah ini sebuah firasat untukmu
Setiap Kudengar Lagu Itu
Entahlah …
Setiap kudengar Camelia III
Lagu dari Ebiet G Ade air mataku tiada terasa tumpah
anganku diseret ke masa itu
Di permadani lamunan aku tercenung
kenapa kau gugah lagi aku
Layaknya di lagu itu
Kau letakkan mawar di telapak tanganku
Kuletak kan kembali di meja serambi rumah
Kau pun memaku
Kau tatap aku dengan sayu
Kau seperti berbisik
sekarang aku sudah tahu
Melenggang pergi kau tinggalkan aku
mengapa kau tidak kukejar …
Akan kah
ini cintaku jatuh tersungkur lagi
di bebatuan
di kerikil
di kerakal
Terlampau dalam atau tinggi kah cintaku padamu
aku terlampau banyak berharap
hingga ketika tiada sesuai kena sarap
Terlampau agung kah engkau ku jangkau
hingga aku harus kembali memeluk sedih
karena cintaku ternyata bertepuk sebelah tangan…
aku hanyalah rakyat jelata
namun aku masih punya harga diri
aku tiada butuh santunan pemanis gincu
yang aku kutunggu janji mu kala itu
Gundah
Ini sepi siapa mau
Ini sedih siapa punya
Ku tanya padamu ombak yang bergemuruh
di ini pantai
Lautan Widuri
Di pantai lautan Widuri
Aku duduk menyendiri
Tersayat – sayat ku kenang oeristiwa itu
Sedih
Gundah
Dendam
Campur padu jadi satu
Seribu sembilan ratus sembilan satu
di penghujung waktu
Terakhir engkau buatkan puisi untukku
Oleh: Suhari Putra Senja