Tribute to Gus Dur : Konser Daring

Michael Anthony, musisi penyandang difabel
Michael Anthony, musisi penyandang difabel

JAKARTA, mediakita.co- Bertepatan dengan tanggal kelahiran Gus Dur, 7 September 1940, Direktorat Film, Musik & Media Baru mempersembahkan Konser Daring ‘Tribute to Gus Dur’. Konser ini sebagai penghargaan terhadap Gus Dur, atas pemikiran cemerlang beliau tentang kemanusiaan, multikulturisme, serta diplomasi budaya melalui Seni dan Humor di hari peringatan hari kelahiran beliau yang ke-80 pada tanggal 7 September 2020.

Pada Konser Perdana, menghadirkan beberapa musisi, yakni Ananda Sukarlan, Randy Ryan & Michael Anthony Kwok (piano), Wirya Satya (oboe), Stephanie Marcia (bassoon) Andika Candra (flute), Nino Ario Wijaya (clarinet), Yunus (French horn). Dan, konser disiarkan secara langsung melalui channel youtube Budaya Saya.

Guru Bangsa

Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid dalam sambutan acara ini, untuk mengenang sosok Gus Dur yang bukan hanya pemikir atau ulama, tetapi Gus Dur adalah seorang Presiden, dan pejuang kemanusiaan, sekaligus Guru Bangsa.

Senada dengan Dirjen Kebudayaan, M. Hasan Chabibie selaku Plt. Kapusdatin Kemendikbud juga menyampaikan bahw akonser ini untuk rasa hormat kepada Gus Dur, tentang gagasan, keberpihakan pada kelompok minoritas, dansemua menggunakan pendekatan kebudayaan, “ini merupakan momentum bagi kita berkaca dan belajar kepada sejarah,” jelasnya.

Sementara itu, penyelenggara, yakni @budayasaya melalui konser ini ingin mengajak jejaring budaya untuk menyelami diplomasi Gus Dur melalui seni dan guyonan.

Konser Musik Nusantara

Konser yang Tribute to Gus Dur, menghadirkan komposisi Nusantara yang dibawakan oleh beberapa musisi. Seperti Mihael Anthony yang membawakan komposisi Yamko Rambe Yamko dan Apuse secara medley. Michael Anthony, musisi berkebutuhan khusus memainkan dengan sangat sempurna, sebagai wujud penghormatan kepada Gus Dur yang sangat peduli dengan penyandang difabilitas.

Melalui konser ini pula, Stephany dalam komentarnya menyampaikan, “Tujuan dari konser daring ini juga untuk menembus dunia Internasional, agar dunia tahu bahwa musik klasik Indonesia sudah punya identitas kuat & juga supaya dunia tahu tentang pahlawan pluralism Indonesia”.

Penulis : Haris Shantanu

Pos terkait