WOW: 28 Tahun Paguyuban GERDU BESS Desa Mandiraja Membangun Mushola

PEMALANG, mediakita.co – Generasi Remaja Mushola Baetussalam ( GERDU) Dukuh Mingkrik, Desa Mandiraja, Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang. merupakan sebuah perkumpulan yang berdiri tahun 1991 dengan misi membangun Mushola.

Generasi GERDU tersebut berisi perantau asal Dukuh Mingkrik, Desa Mandiraja, Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah yang berada di sekitar kawasan Jabodetabek.

mediakita.co bertemu dengan pendiri GERDU BESST, Wasroni , minggu (6/10/2019).

Wasroni bercerita, perkumpulan yang sudah berdiri 28 tahun dan berisi 100 anggota itu tak diragukan soliditasnya.

Setiap bulan, anggota perkumpulan itu mengumpulkan iuran untuk pembangunan mushola Baetussalam di tempat kelahiran mereka.

Bacaan Lainnya

Dulu awal berdiri cukup sulit ya, karena ada yang pro dan kontra. jelas,” waroni

Namun, Wasroni hanya fokus pada orang yang setuju akan idenya mengumpulkan uang untuk membantu pembangunan mushola di kampung mereka.

Saat itu, menurut dia, hanya ada 50 anggota yang bahu membahu mengumpulkan uang setiap bulan untuk membangun mushola di padukuhan Mingkrik, Desa Mandiraja, Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang.

“Awalnya kami membangun paguyuban ini memang untuk membangun mushola. Karena di kelurahan kami, sejak zaman Presiden Soeharto hingga tahun 1995 itu hanya punya mushala dengan kondisi yang sempit, tidak punya kipas angin dan sebagainya,” papar dia.

Pembangunan mushola akhirnya berhasil dilakukan hanya dalam waktu 28 tahun mengumpulkan iuran.

Alhasil, ketika Lebaran, para perantau yang kembali ke desa akhirnya percaya pada Generasi mushola Baetussalam.

“Sistemnya iuran setiap bulan. Untuk warga laki-laki membayar Rp 25.000, sedangkan perempuan Rp 20.000,” kata dia.

Uang yang dikumpulkan pemuda gerdu itu tak hanya digunakan untuk membangun, tetapi juga membantu warga yang tidak mampu, 17 agustus, dan santunan anak yatim maupun piyatu.

Sejak 1991, Generasi GERDU berhasil memberikan banyak hal untuk Warganya.

“Saya memulainya dengan berpikir bahwa kemajuan desa tidak bisa mengandalkan orang lain atau dana dari luar desa. Kemajuan desa harus diraih sendiri, dengan mandiri dan berdikari,” kata Wasroni.

Untuk menjaga soliditas Generasi Pemuda, mereka memiliki Ketua, dan penasehat yang mengatur anggotanya masing-masing.

“Di DKI Jakarta ada ketua, Ketua untuk mengumpulkan iuran di wilayah Tangerang, Jaksel, dan Bekasi,” kata Waroni.

Pemuda GERDU harus mengumpulkan iuran dengan mengunjungi masing-masing rumah anggota. Hal itu dilakukan untuk menjalin silaturahim dan melihat kondisi anggotanya masing-masing.

Membangun tanah kelahiran menjadi hal penting untuk Generasi mushola dukuh mingkrik. Sebab, menurut wasroni, desa ibarat sebuah makam.

“Boleh ditinggalkan namun harus tetap dirawat. Hidup di mana saja boleh, tetapi jangan lupa membangun tanah kelahiran. Jika desa kita maju, itu juga menjadi kebanggaan tersendiri untuk kita semua,” tutur Waroni.

Editor : Teguh Santoso/ mediakita.co

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.