Bertahan, Kisah Tukang Pandai Besi yang Kian Terpinggirkan

Bertahan, Kisah Tukang Pandai Besi yang Kian Terpinggirkan
Bertahan, Kisah Tukang Pandai Besi yang Kian Terpinggirkan

PEMALANG, mediakita.co– Beragamnya produk pisau dapur dan peralatan besi pabrikan, baik buatan dalam negeri maupun impor membuat usaha kerajinan pandai besi di daerah punggung Kabupaten Pemalang kian terpinggirkan.

Jumlah pengrajin pandai besi kian langka, sejumlah pengrajin di Kecamatan belik saja dalam 10 tahun terakhir terus tergerus jaman dan saat ini tinggal tersisa hanya 1 tempat saja. Hal itu diakui oleh seorang pengrajin pandai besi Harjowiyono (56), penduduk Desa Mendelem yang saat ini hijrah usaha di sebuah desa terpencil di Wilayah Kecamatan Belik, yaitu di Desa Simpur kepada mediakita.co.

Menurut Harjo, sudah banyak perajin yang meninggalkan usaha ini karena kurangnya minat masyarakat untuk membeli dan membuat pisau dapur, parang, atau benda-benda tajam lainnya yang buatan pandai besi tradisional.

Masalahnya, sekarang ini sudah menjamur penjualan pisau dapur, parang, alat pertanian, dan benda-benda tajam buatan pabrik yang harganya lebih murah. Apalagi produk pabrik, dinilai lebih menarik dan murah, sehingga masyarakat lebih memilih membeli jadi daripada harus memesan atau membuat di lokasi pandai besi tradisional.

“Saya bertahan karena sebenarnya terlanjur mencintai saja. Ada kebanggaan tersendiri ketika saya membuat pesanan yang unik bentuknya dan menghendaki mutu ketahanan dan ketajaman yang khusus ,” kata Harjowiyono yang mengaku menjadi tukang pandai besi didapatkan dari ayahnya sendiri yang juga seorang pandai besi.

Bacaan Lainnya

Dan ia bersyukur, lantaran banyak lokasi pandai besi yang tutup akhirnya dirinya masih dapat pesanan dari masyarakat yang masih setia membuat pisau dapur, parang, cangkul dan sejenisnya melalui kemampuan yang dimilikinya. Meskipun untuk bertahan, ia harus mencari usaha tambahan diwaktu siang hingga sore harinya, setelah habis dzuhur tempat pandai besinya ditutup.

BACA JUGA :
Pegiat Lingkungan Kecam Sikap Presiden Jokowi, Terkait Pembangunan PLTU Batang
Gelapkan Motor Milik Pelajar, Pemuda 17 Tahun Dibekuk
Korep Sang Pejuang

“Yang masih lumayan laku itu pedang jawa baratan, yang pakai rangka kayu dan ber-gagang tanduk kerbau. Tapi sekarang sulit mencari tanduk yang panjang, dan sudah jarang sekali. Sudah mahal tapi jarang dan sulit untuk memperolehnya,” terangnya kemudian.

Yang lebih prihatin, menurut Harjowiyono adalah ancaman kepunahan. Menurutnya, ketrampilan yang dimiliki sudah yang terakhir dan tidak ada yang bakal bisa melanjutkan. Karena anak-anaknya tidak berminat untuk menggeluti usaha pandai besi dan memilih bidang lain sebagai jalan hidupnya.

“ Ya mau gimana lagi, mungkin sudah waktunya berakhir dan sayalah yang terakhir,” ungkapnya seperti menahan sesal. (R-01).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.