Pilkada Pemalang : Pakar Mencium Aroma Permainan Orang Lama Rasa Baru

Pilkada Pemalang : Pakar Mencium Aroma Permainan Orang Lama Rasa Baru.
Pakar komunikasi dari Universitas Panca Sakti Tegal dan Direktur Pusat Study Politik dan Kebijakan Publik Diryo Suparto, S.Sos, Msi

PEMALANG, mediakita.co Pakar komunikasi dari Universitas Panca Sakti (UPS)Tegal dan Direktur Pusat Study Politik dan Kebijakan Publik Diryo Suparto, S.Sos, Msi menilai Pilkada Pemalang masih menjadi menu politik para elit saja.

Hal itu bisa dilihat dari waktu Pilkada yang tinggal enam bulan lagi, tapi belum kelihatan grensengnya.

Sedianya, menurut Diryo, perubahan pemilahan kepala daerah dari keterwakilan dewan ke pemilihan langsung adalah kita ingin memilih pemimin yang mumpuni. Pemimpin yang di kenal dan mengenal rakyatnya. Rakyat bukan menjadi obyek tapi menjadi subyek politik .

“Kita tidak ingin suksesi pemimpin lokal ini hanya pergeseran dari elit parlemen ke elit  poltik yang kawin dengan pemodal apalagi sitem ijon politik atau kebijakan yang akan menyandra pempin yang terpilih,” harapnya.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik  UPS Tegal itu membaca Pemilukada pemalang, walau belum terang benerang karena belum mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), tetapi aroma permainan hampir bisa di baca yaitu orang lama rasa baru.

Bacaan Lainnya

[irp posts=”19344″ name=”Meraba Harapan yang Tersisa, Dilorong Kesunyian Pilkada 2020″]

Dilihat dari pertarungan wacana program, dosen yang juga konsultan politik ini menilai belum ada yang menggigit. Apalagi menawarkan hal yang baru, semua datar saja.

Menurutnya, patai pertahana sudah mengeluarkan rekomendasi tapi sayangnya dari pihak penantang (siapapun mereka) belum mengeluarkan program yang membuat jatuh hati masyarakat. Apalagi mengoreksi kebijakan partai pertahana.

“Mungkin ini budaya jawa yang ewuh pakewuh atau apa. Yang patut di cermati lagi adalah kemana arah partai di luar PDI Perjuangan untuk berkoalaisi akankah terjadi koalisi gemuk ?”.

Ia menilai, masalah pembangunan pemalang belum ada yang membahas. Padahal banyak tantangan ke depan antara lain pembanguanan tol yang memiliki konsekuensi ekonomi. Setidaknya ekonomi jalur pantura yang menjadi sepi.

[irp posts=”19251″ name=”Pilkada Pemalang : Gerindra dan PPP Bantah Sudah Deal Berkoalisi PKB-Nasdem”]

Belum lagi akiabat alih fungsi lahan yaitu lahan pertanian menjadi sempit dan menyebabkan banjir. Pemalang diapit oleh dua kabupten yang sedang berbenah pembangunan ekonomi.

Kabupaten Batang sedang di bangun mega proyek PLTU dengan investasi trilyunan.  Kabupaten Berebes akan di buka kawasan industri ribuan hektar, bahkan pemerintah pusat menarjetkan petumbuhan ekonomi 7% di pantura barat,” paparnya.

“Dengan kondisi ini bagaimana dengan Pemalang, terutama para calon bupati dan wakilnya. apakah bisa mengambil peluang ini atau malah tenggelam dari himpitan ini ?,” tanyanya.

“Wacana Pembangunan  Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dan pabrik gula centre di bicarakan tapi belum juga terealiasai, khusus pabrik gula yang pelu dipertimbangkan akan ambil tebu dari mana,” ungkapnya.

Diryo mencatat, masalah yang klasik di Pemalang adalah isu Indek Pembangunan Manusia (IPM) yang selalu berada di rangking 34 dan 35 hampir kurun waktu 10 tahun peringkat se Jawa tengah. Data Indek Pembangunan Manusia 2019, Pemalang peringkat 34 diatas berebes.

 

 

Oleh : Redaksi mediakita.co/01

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.