Legenda Desa Cikendung Pulosari Pemalang

PEMALANG, mediakita.co – Selain dikenal lewat legenda Mbah Rusmadi, Desa Cikendung sendiri memiliki kisahnya sendiri. Desa yang indah di lereng Gunung Slamet sisi utara ini banyak istilah untuk menyebutnya.

Secara administratif, Desa Cikendung berada di Kec. Pulosari, Kab. Pemalang Jawa Tengah. Dan saat ini menjadi salah satu destinasi wisata daerah leat keindahan alamnya. Infratruktur pendukung sebagai desa wisata telah dibangun, menambah tingkat kenyamanan wisatawan.e

Cikendung Desa Keputihan Berdasarkan pandangan tokoh spiritual, Desa Cikendung berada di perbatasan antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Pajajaran. Mendapat julukan Desa Keputihan karena di desa itu segala sesuatu yang baik dibicarakan, dan, hasil yang dicapai juga baik. Dan juga diyakini, bahwa Desa Keputihan adalah desa yang teah disucikan oleh para leluhur, dan setiap perbuatan hal yang tidak baik tidak akan terjadi di desa tersebut.

Dikisahkan, pada masa Majapahit dan Pajajaran, beberapa tokoh tokoh Majapahit dan Tokoh Pajajaran singgah di Desa Keputihan tersebut. Banyak misteri yang terjadi, seperti orang memasuki Desa Keputihan untuk menghidari musuh. Anehnya, setiap orang yang masuk ke Desa Keputihan tidak terlihat oleh musuh.

Beberapa peninggalan yang ada di Desa Keputihan adalah Batu Lumpang dan Batu Langgar selain beberapa peninggalan lain yang tersebar cukup banyak di desa tersebut.

Bacaan Lainnya

Cikendung Pusering Jagad atau pusatnya dunia, bagaimana Cikendung mendapat julukan itu?

Pusering Jagad, sebab posisi Cikendung beraa di tengah-tengah kawasan, di mana sisi utara Utara Cikendung adalah Wadas Malang, yang konon jadi saksi sejarah kisah percintaan Nyai Dewi Ayu Semara dengan Raden Renggono yang berakhir tragis.

Kisah cinta Raden Renggono dengan Nyai Dewi Ayu Semara berakhir, manakala Raden Renggono meninggal pada saat prosesi pernikahannya. Raden Renggono ditikam oleh mantan kekasih Nyai Dewi Ayu Semara di tengah prosesi pernikahandisaksikan oleh banyak orang.

Wadas Malang adalah saksi bisu kisah cinta Nyai Dewi Ayu dan Raden Renggono. Wadas Malang juga menjadi bukti sejarah di perbatasan Cikendung dengan Desa Banyumudal, yang membentuk sejarah Desa Cikendung.

Sisi selatan adalah Gunung Kelir, dengan hamparan perkebunan subur dikelilingi perbukitan yang menghijau membentengi sebagian desa cikendung bagian selatan. Di Gunung Kelir itu, laksana tempat menopang kebutuhan hidup Desa Cikendung. Dan, sumber air Kali Batur berada di kaki Gunung Kelir ini, memberikan jaminan masyarakat desa tidak mengaami kekeringan.

Gunung Kelir, selain memberi dan memenuhi kebutuhan pangan dan minum, ia juga menyimpan sejarah yang luar biasa. DI sana tersimpan peninggalan sejarah berupa Batu Gamelan, berupa batu berbentuk mirip dengan kendang, Gong dan lain sebagainya sebagaimana perangkat gamelan lengkap pada umumnya. Namun, beberapa batu Gamelan mulai hilang dan ada yg tertimbun tanah bahkan dibuang oleh warga karena ketidaktahuannya.

Sisi Timur Desa Cikendung adalah Hutan Singawani. SIngawani saat ini berupa hutan pinus, namun di dalam hutan tersebut konon banyak tersimpan benda-benda peninggalan leluhur. Dan, banyak orang berlomba lomba datang untuk mendapat benda peninggalan leluhur di hutan Singawani. Hal ini tidak mengejutkan, jika beberapa tahun silam di Cikendung digegerkan oleh temuan beperapa jenis perhiasan berupa cincin, gelang, kalung dan lain lain.

Terdapat sebuah perempatan jalan di Singawagi, bernama Prapatan Punggang. Konon perempatan itu merupakan jalan penghubung antara Gunung Mandelem dan Cikendung, candi Ebeg ke Singawani

Menurut versi masyarakat Desa Cikendung, saat ditemukan benda benda sejarah tersebut sangat banyak jenisnya, tidak hanya perhiasan ada juga jenis perabotan. Konon Singawani adalah tempat penyimpanan barang dari hasil rampasan ( rampokan ) Allah huu’a lam…

Seni Budaya Desa Cikendung

Peradaban panjang Desa Cikendung membnetuk desa Cikendung saat ini. Di sana terdapat berbagai macam kesenian dan budaya. Gotong royong adalah salah satu curi yang kuat di CIkendung. Budaya tara-krana dengan unggah-ungguh-nya yang sangat kental menunjukkan tingkat peradaban yang tinggi. Tutur kata dengan bahasa halus, bahkan dialog sesame anak kecil-pun mengunakan Bahasa Kromo yang halus.

Di musim panen padi dan jagung, Desa Cikendung ramai dengan kegiatan adat untuk mengucap ras asyukur dengan menaruh sesaji di setiap pojok lahan yang ditanami. Kesenian Ebeng Sintren, Brendung yang menjadi agenda kesenian sebagai wujud masyarakat berbudaya.

Penulis : Teguh Santoso

Pos terkait