
Yusuf Pongsapan lahir 2 Juli 1969 di Penanda, Toraja, sekarang Toraja Utara. Ayahnya bernama Yesaya Pongsapan seorang Guru Sekolah Dasar dan Ibunya bernama Margareta Marimbun. Kakeknya adalah seorang Guru Zending asal Buntao’ yang ditugaskan ke Pantilang pada zaman pendudukan Belanda dan menikah dengan Ne’ Laso’ Sarira.
Yusuf panggilan akrabnya karena alasan ekonomi diusia tiga tahun harus berpisah dengan kedua orang tuanya dan melewati masa kecilnya bersama Sang Kakek di Pantilang dan kembali ke Penanda pada usia 6 tahun untuk memasuki masa sekolah.
Tahun 1982 ia lulus Sekolah Dasar di SD 78 Penanda Bokin, Kecamatan Sanggalangi Tana Toraja. Sekarang berganti nama menjadi Kecamatan Rantebua. Memasuki sekolah lanjutan Yusuf harus hijrah ke Enrekang dan berpisah lagi dengan kedua orang tuanya ikut salah seorang keluarga dekatnya agar bisa melanjutkan sekolah. Ia menyelesaikan SMP dan SMA di Cakke Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan.

Anak ketujuh dari sembilan bersaudara ini setamat SMA, ia pun berpindah ke Makassar dan menjadi Mahasiswa di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Yusuf di masa kecilnya meski mengalami masa – masa sulit seperti harus berpisah dengan orang tua dan saudara – saudaranya serta berjalan kaki tanpa alas berkilo – kilo meter menuju sekolah, naik turun bukit dan menyeberangi sungai yang deras namun ia tak pernah putus asa. Ia merasa kepahitan hidup yang dialaminya membuatnya lebih tangguh menghadapi tantangan hidup yang lebih sulit.
Yusuf mengingat masa kecilnya, ‘Saya merasakan betul bagaimana rasanya berjalan kaki ke sekolah tanpa alas kaki, kadang harus menyeberangi derasnya sungai saat musim hujan. Kalau pergi ke kota, harus berjalan kaki berkilo – kilo meter sambil memikul beras di pundak untuk bekal’.

Semasa sekolah di Enrekang ia aktif dibeberapa organisasi seperti Osis dan organisasi kepemudaan. Ia bergaul akrab dengan teman-temannya di Cakke yang mayoritas berbeda keyakinan dengannya. Karena kedekatannya dengan mereka Yusuf pernah dipilih teman – temannya menjadi Wakil Ketua Osis di sekolahnya.
Kecintaannya terhadap alam membawanya bergabung di Organisasi Pecinta Alam. Ia belajar filosofi hidup dari para pendaki, ‘Untuk bisa sampai ke puncak gunung bawalah peralatan yang penting saja’. Selain itu ia juga sangat mencitai anak – anak karena itulah ia mengabdikan dirinya menjadi guru sekolah minggu sejak duduk di bangku SMA hingga sekarang.
Pria yang mahir karate ini, semasa kuliah di Makassar juga aktif berorganisasi dan melayani di Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) baik tingkat jemaat maupun klasis. Ia pernah menduduki beberapa posisi penting di organisasi besutan Gereja Toraja tersebut. Ia pernah berperan sebagai pengurus PPGT jemaat dan sekretaris PPGT Klasis Makassar periode 1994 – 1996.
Tahun 2002 Yusuf Pongsapan menikahi perempuan pujaan hatinya Selvi Sollu, anak dari pasangan Jacob Sollu dan Hermin Kadang, serta cucu dari seorang guru pertama di Toraja Yoseph So’ Inan. Dari pernikahannya itu, ia dikarunia dua orang putera Timothy Inan Pongsapan dan Gideon Kadang Pongsapan.
Pria yang gemar membaca buku – buku pengembangan diri tersebut telah menjadikan pelayanan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya. Ia menjabat sebagai Ketua Badan Verifkasi Gereja Toraja Klasis pulau Jawa sejak Tahun 2012 hingga sekarang dan Ketua II Badan Pekerja Sinode Wilayah IV Gereja Toraja sejak 2017.

Di dunia kerja Yusuf memulai karirnya dari PT Rasti Sarana Utama Jakarta. Karirnya terus menanjak sehingga dipercaya menduduki beberapa jabatan penting seperti manager dan direktur utama di beberapa perusahaan bertaraf Nasional. Sekarang, ia adalah Komisaris Utama di PT. Norindo Solusi Teknik yang berkedudukan di Jakarta.
Pengalaman hidup yang menempanya dan kecintaannya terhadap Indonesia mendorongnya ingin berbuat lebih baik dan lebih besar lagi untuk bangsa ini. Hatinya gelisah dan tidak tenang melihat tanah kelahirannya dan banyak desa di bangsa ini yang belum mengalami kemajuan yang berarti. Karena itulah ia terjun ke dunia politik sepuluh tahun terakhir. Kini ia bergabung di Partai Nasdem dan menjadi calon anggota DPR RI Daerah Pemilihan Satu Sulawesi Selatan meliputi Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng dan Selayar.
Bagi Yusuf Pongsapan, berpolitik berarti melayani. Ia mengatakan ‘Bagi saya politik adalah salah satu alat dan saluran yang paling efektif untuk melayani dan memperjuangkan hak – hak warga negara’. Yusuf bermimpi Indonesia akan menjadi lebih baik di masa yang akan datang, di mana tidak ada lagi kemiskinan, kebodohan dan diskriminasi atas nama apa pun, karena semua rakyat merasa dipangku oleh ibu pertiwi, dicukupi sandang dan pangannya. Seperti ungkapan Proklamator Indonesia Ir. Soekarno yang mengatakan, ‘Di Indonesia merdeka harus ada prinsip kesejahteraan yaitu prinsip tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka… Indonesia yang merdeka kelak rakyatnya harus sejahtera, cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan merasa dipangku oleh ibu pertiwi yang cukup memberi sandang pangan kepadanya’.
Karena itulah Yusuf Pongsapan berharap agar masyarakat Sulawesi Selatan khususnya yang berdomisili di Dapil Satu memberinya kesempatan untuk mewujudkan kerinduannya melayani Indonesia di dunia politik, demi mewujudkan kesejahteraan sosial untuk Indonesia yang lebih baik.
Penulis: Piter Randan B (Pitzdiah@yahoo.com)